Hari, tanggal, dan tempat yang sama seperti note sebelumnya
Bismillahirrahmaanirrahiim...Assalamu’alaikum sadayana... :)
Ini, ada suatu kisah lagi, aku ambil dari buku yang sama sumbernya dengan notes ku yang sebelum ini.. Kisah klasik zaman Rasullullah saw yang sempat membuatku terenyuh, membuat alis mataku terangkat ke atas, dan melantunkan ‘oo..’ panjang. Masih seputar kelahiran Rasulullah saw, tapi bukan Rasul yang akan beradegan dalam cerita ini, melainkan orang2 dewasa di sekitarnya dan di masa sebelum Rasul lahir. Meyakinkan saya kembali bahwa sedurjana-durjananya orang sekalipun, pada dasarnya adalah baik atau ada secuil kebaikan di dalam dirinya. Hanya saja perubahannya itu mendapat campur tangan waktu, lingkungan, dan pilihan masing2. Semoga menjadi pelajaran tersendiri yaa. Enjoy guys! :D“Alkisah, Abu Lahab yang kelak tiada henti-hentinya berusaha membunuh Rasulullah saw, ternyata turut menyambut kelahiran bayi Muhammad saw. Bahkan karena gembiranya, orang yang terkenal paling bakhil ini pun tidak sungkan-sungkan memerdekakan hamba sayayanya, hanya karena menyampaikan berita tentang kelahiran ‘putra dua orang kurban’.”
Abu Lahab bin ‘Abd al-Muthalib adalah saudara kandung ayah Muhammad saw, ‘Abdullah bin ‘Abd al-Muthalib. Dialah musuh bebuyutan yang hingga akhir hayatnya tak kenal lelah dalam memusuhi perjalanan dakwah Rasulullah saw. Bahkan sedemikian terkenalnya, namanya diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai nama Surat. Yakni al-Lahab, yang isinya menginformasikan tentang kekejiannya.
Sebagaimana Allah firmankan :
“Binasalah kedua tangan abu Lahab, dan sungguh-sungguh binasa ia. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak ia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang dilehernya ada tali dari sabut.” (QS. Al-Lahab : 1-5)
Namun tak diduga bahwa pada saat Muhammad saw lahir, Abu Lahab termasuk orang yang paling merasa beruntung ketika mendengarnya. Alangkah girangnya Abu Lahab ketika mendengar kelahiran itu. Saking gembiranya, saat itu juga si budak yang menyampaikan informasi itu dimerdekakan.
Sungguh luar biasa! Mengapa?
Bagi orang lain, mungkin bisa dipandang biasa. Tetapi bagi orang yang terkenal bakhil seperti Abu Lahab, jelas menjadi luar biasa. Jangankan harta sebesar budak yang harganya mahal, harta sepeser pun baginya amat disayang.
Tentu ada alasan lain yang mendorong Abu Lahab tiba-tiba berubah menjadi seorang yang dermawan, memerdekakan sahayanya tanpa tebusan. Ia adalah saksi hidup yang menyaksikan betapa mengharukannya saat sang ayah bayi, diundi sebagai persembahan.
PUTRA DUA ORANG KURBAN
Setelah menjadi rasul, Muhammad saw pernah bersabda bahwa dirinya adalah putra dua orang kurban. Kurban pertama, Isma’il bin Ibrahim as dan kurban kedua adalah ayahnya sendiri, ‘Abdullah bin ‘Abd al-Muthalib.
Kurban pertama, dikisahkan dalam Al-Quran Surat al-Shaffat : 100-109, tentang penyembelihan Isma’il as oleh ayahnya, Nabi Ibrahim as, atas perintah Allah SWT. Ketika siap disembelih, tubuh Isma’il secepat kilat diganti oleh Allah dengan kambing besar dari surga.
Kisah kurban pertama ini kemudian diabadikan dengan ibadah Qurban oleh umat Nabi Ibrahim as dan nabi-nabi sesudahnya, sampai dengan umat Nabi Muhammad saw hingga akhir zaman.
Dari kisah ini pula, tampaklah bahwa nasab Rasulullah saw adalah nasab yang amat mulia, baik dari garis ayah maupun dari garis ibu, keduanya bersambung sampai Rasul Ibrahim as yang berarti bersambung pula sampai nabi Adam as. [hei! Tunggu sebentar, nasab kita semua kan juga sampai Nabi Adam. piye tho!]. Sebagaimana ditegaskan dalam sabdanya :
“Aku adalah Muhammad, putra ‘Abdullah, putra ‘Abd al-Muthalib, putra Hasyim, putra ‘Abdu Manaf, putra Qushayi, putra Kilab, putra Murrah, putra Ka’ab, putra Luayyi, putra Ghalib, putra Fahir (Quraisy), putra Malik, putra Nadhar, putra Kinanah, putra Khuzaimah, putra Mudrikah, putra Ilyas, putra Mudhar, putra Nizzar, putra Ma’adm putra ‘Adnan...” (HR. Ahmad, al-Bukhari, Muslim dan al-Nasai)
Tidak diragukan lagi bahwa ‘Adnan adalah putra Nabi Isma’il bin Ibrahim as. Sedangkan dari garis ibu, bahwa Aminah adalah putri Wahhab, putra ‘Abdu Manaf, putra Zuhrah, putra Kilab, putra Murrah. Maka pada Kilab inilah bertemu nasab Rasulullah saw, dari garis ayah dan ibu.
Adapun kurban kedua, dikisahkan bahwa Abd’ al-Muthalib adalah petugas penyedia air untuk jamaah haji. Padahal air itu harus diambil dari perigi-perigi yang amat jauh. Pekerjaan ini jelas berat. Ia memerlukan pekerja yang banyak dan kuat-kuat. Maka terpikir olehnya, untuk menggali kembali telaga Zam-zam yang selama itu kering tertimbun pasir.
Setelah keinginan itu disampaikan kepada para pembesar Quraisy, mereka menanggapinya negatif. Maka ‘Abd al-Muthalib pun bernadzar : “Sekiranya Tuhan memberiku sepuluh orang anak laki-laki yang kuat-kuat dan tumbuh hingga dewasa yang siap membantu pekerjaanku ini, maka satu diantaranya akan ku sembelih di dekat Ka’bah sebagai kurban persembahan kepadaNya.”
Pada saatnya, ternyata Tuhan mengabulkan keinginan ‘Abd al-Muthalib. Maka dipenuhilah nadzarnya. Sepuluh orang anaknya dikumpulkan di dekat Ka’bah, lalu diundi namanya. Ketika diundi, ternyata nama yang keluar adalah nama ‘Abdullah, putra yang paling ia sayangi.
Para pembesar Quraisy tidak sampai hati melihat pengurbanan itu. Maka ketika ‘Abd al-Muthalib siap melakukan penyembelihan, mereka mencegahnya seraya menyarankan agar meminta nasihat terlebih dahulu kepada sesepuh (‘orang pintar’) terkenal di Khaibar.
‘Abd al-Muthalib pun menyetujui saran itu. Ia datang ke Khaibar dan dinasihatkan agar undiannya diulang. Dengan cara mengundi dua nama saja, yakni ‘Abdullah dan 10 ekor unta, bukan nama sepuluh anaknya. Jika keluar nama ‘Abdullah, supaya diulang lagi dengan 20 ekor unta.
Demikian seterusnya, setiap ulangan, jumlah untanya harus ditambah 10 ekor. Sampai yang keluar adalah nama ‘unta’, bukan nama ‘Abdullah.
‘Abd al-Muthalib pun segera kembali ke Ka’bah melakukan undian. Dan ternyata undian pertama sampai undian ke sembilan, berturut-turut yang keluar adalah nama ‘Abdullah. Baru pada undian ke sepuluh yang keluar adalah nama ‘unta’, yang berarti jumlahnya mencapai 100 ekor.
Kemudian ‘Abd al-Muthalib segera menyembelih 100 ekor unta di dekat Ka’bah, tepat di depan berhala Usaf dan Nailah. Di situlah biasanya orang-orang Quraisy menyembelih persembahannya. Daging yang sedemikian banyak itu, ia bagi-bagikan kepada masyarakat sekitar, dan sebagian lagi diberikan untuk makanan binatang dan burung.
Akhirnya ‘Abdullah selamat dari penyembelihan. Namanya menjadi sangat terkenal dan menjadi buah bibir masyarakat luas, karena rasa simpati mereka kepadanya.
Mengingat usianya yang sudah cukup dewasa, maka sebagai pelipur lara bagi ‘Abdullah, sang ayah kemudian menikahkannya dengan putri Wahab yang rupawan bernama Aminah.
Tidak lama ‘Abdullah menikmati indahnya bulan madu, terpaksa ia harus meninggalkan Aminah pergi berniaga ke negeri Syam. Dan malang baginya, di tengah perjalanan pulang ke Makkahm tepatnya di Yatsrib (Madinah) ia jatuh sakit dan meninggal dunia. Ia pulang tinggal nama, karena jasadnya pun dikebumikan di Yatsrib.
Bersamaan dengan datangnya berita kematian ‘Abdullah ini, sang istri di Makkah telah mengandung dua bulan. Alangkah terpukulnya perasaan Aminah. Baru merasakan nikmatnya surga dunia, suami tercinta mendahului pergi untuk selama-lamanya.
Peristiwa mengharukan itu ternyata diingat betul oleh Abu Lahab. Setiap kali ia mengingatnya, hatinya terasa begitu pilu. Sehingga ketika janin saudara kandungnya itu lahir dengan selamat, seakan ia mendengar kalau ‘Abdullah yang amat ia sayangi, hidup kembali.
Itulah salah satu sebab yang menjadikan Abu Lahab yang terkenal bakhil, tiba-tiba begitu dermawan memerdekakan sahayanya tanpa sedinar pun, ialah Tsuwaibah al-Aslamiyah, yang kelak menjadi salah satu ibu susu Rasullullah saw .
Wallahu’alam.
Humm.. kisah yang menarik bukan? Pada saat mengetiknya kembali, aku jadi merenungkan tentang asal-usul ku yang belum aku ketahui sepenuhnya. Pernah suatu hari mamah menceritakan dan menyebut nama nenek-nenek ku beserta saudara-saudaranya yang susah aku menghapalnya. Sampai sekarang ada mbah-mbah ku yang masih hidup, tapi aku tidak terlalu mengenalnya. Pernah mengunjungi mereka sih saat aku ke diboyong ke Purworejo.
Itu dari mamah, belum lagi dari Papah. Nenekku ada dua. Dan menghapalkan saudara papah yang ada 9 itu susah sekali dan kami pun jarang bertemu. Jangan-jangan mereka juga tidak kenal aku. Semua tersebar di Padang, Palembang, Bogor, luar negeri, dll. Belum lagi anak-beranak (padahal ada yang usianya juga tidak beda jauh denganku) dan cucu-cucu yang dihasilkan, berjibun. Dah ah, nyerah, aku ga apal!
Ringkasnya sih, total nenek ku ada 4 dan kakek ada 2. Masing-masing kakekku punya istri dua. Yah, hanya sampai situ pengetahuanku, angkatan atasnya alias ayah dan ibunya si kakek dan nenek, aku sudah tak tahu lagi. Aku lebih dekat dengan saudara-saudara dari keluarga mamah, soalnya tempat tinggalnya seputaran pulau Jawa. Kangen uy, apalagi dengan sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan aku! Salam! :))
Aku sempat khawatir bahkan sampai sekarang, bahwa aku tidak kenal saudara-saudaraku yang segaban itu akan membuatku merasa keluargaku hanya 4 orang. Mamah, papah, gilang, dita. Itu tok! Tapi yaa, kerasanya memang begitu sih. Namanya juga keluarga kecil. Nantilah, insya Allah, aku buat keluarga kecil ini bertambah dan kami bisa dekat satu sama lain.. hehehe..
Dan sebagai penutup, aku ingin menyampaikan sehubungan dengan proses undian dan kurban yang diceritakan dalam kisah ini, yaitu bahwa takdir Allah itu pasti dan rencana Allah begitu sempurna menggetarkan hati dan jiwa. Semua ada maksud tersendiri. Allah selalu menguji kita pada titik terlemah, bukan pada titik yang terkuat. Jika kita belum lulus dalam ujian itu, Allah tidak akan membiarkan, dan akan terus menguji kita hingga kita lulus. Jadi jangan menyalahkan keadaan, barangkali segala masalah sama yang terus berulang terjadi pada diri kita itu membuktikan bahwa kita belum lulus ujian.
So, kawan carilah solusi dari masalah kita masing-masing. Dan teruslah mencari masalah. Mencari masalah adalah keahlian kita sebagai manusia sebenarnya. Kalau tidak ada masalah, kita akan terus stagnan, jalan ditempat, membeku, atrofi. Jalanilah dengan ikhlas dan hati yang lapang. Enjoy life! Hidup cuma satu kali, berkembanglah dengan masalah, nikmati setiap nafas kehidupan, senantiasa bersyukur jangan banyak mengeluh, berkolaborasi dengan waktu, beramal, bekerja keras, bekerja cerdas, menaklukkan dunia dan meraih akhirat yang didamba. Hehe, sebenarnya ini jeritan hati yang terus menggema dan berusaha mengingatkannya dengan menghalau jauh-jauh hawa nafsu dan memukul-mukul otakku sampai berbintang-bintang. Refleksi diri. Khususnya, untuk diri sendiri yang jauh dari sempurna ini.
Semoga bermanfaat.. ^^
Ditulis sebelum sarapan pagi tanggal 1 Mei 2010 (akhirnya... Mei, bulan istimewaku. Bulan lahirku dan bulan ujian-ujian akhirku selama S1), diiringi lagu-lagu dlm playlist kesukaanku..
Referensi : 41 kisah Mu’jizat & Keajaiban Rasulullah (masih ada sedikit editan disana-sini)
an-Q_me!
Lanjut membaca “Abu Lahab Memerdekakan Sahayanya” »»